Kamis, 22 Desember 2011

Hal-Hal Unik Tentang Jepang

1. Di Jepang, angka “4″ dan “9″ tidak disukai, sehingga sering tidak ada nomer kamar “4″ dan “9″. “4″ dibaca “shi” yang sama bunyinya dengan yang berarti “mati”, sedang “9″ dibaca “ku”, yang sama bunyinya dengan yang berarti “kurushii / sengsara”.


2. Orang Jepang menyukai angka “8″. Harga-harga barang kebanyakan berakhiran “8″. Susu misalnya 198 yen. Tapi karena aturan sekarang ini mengharuskan harga barang yang dicantumkan sudah harus memasukkan pajak, jadi mungkin kebiasaan ini akan hilang. (Pasar = Yaoya = tulisan kanjinya berbunyi happyaku-ya atau toko 800).






3. Kalau musim panas, sinetron di TV Jepang seringkali nampilin hal-hal yang berbau seram (hantu).


4. Drama detektif di TV, bunyi sirene (kyukyusha) biasanya muncul pada menit-menit awal. Di akhir cerita, sebelum perkelahian mati-matian biasanya penjahat selalu menceritakan semua rahasia kejahatannya.



5. Kita (orang Indonesia) dan rekan-rekan dari Asia Tenggara lainnya umumnya kalau memperkenalkan diri (jiko-shokai) sering memulai dengan “minasan, konnichiwa” atau “minasan, konbanwa”. Mungkin ini karena kebiasaan bahasa Indonesia untuk selalu memulai pidato dengan ucapan selamat malam, dsb. Tapi ternyata janggal untuk pendengaran orang Jepang, karena mirip siaran berita di TV. Seharusnya dimulai dengan langsung menyebut nama dan afiliasi. Misalnya “Tanaka ken M1 no Anto desu….dst.”, tidak perlu dengan “Minasan..konnichiwa…”.





6. Kesulitan pertama yang muncul dalam urusan administratif di Jepang, kalau ditanya nama keluarga anda apa ?, karena kita tidak ada keharusan di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara untuk mencantumkan family name.



7. Kalau kita memperoleh undangan yang meminta konfirmasi hadir atau tidak, biasanya kita harus mengirimkan balik kartu pos. Salah satu manner adalah mencoret huruf 御 pada pilihan : 御欠席 /出席. Juga mencoret akhiran 様 pada nama kita yang tercantum sebagai pengirim pada kartupos tersebut. Ini adalah adat Jepang, agar kita selalu rendah hati, yang ditunjukkan dengan menghindari/mencoret 御 dan 様 pada kartu pos balasan.






8. Kalau kita membubuhkan tanda tangan, kadang akan ditanya orang Jepang : ini bacanya bagaimana ? Kalau di Jepang saat diperlukan tanda tangan (misalnya di paspor, dsb.) umumnya menuliskan nama mereka dalam huruf Kanji, sehingga bisa terbaca dengan jelas. Sedangkan kita biasanya membuat singkatan atau coretan/paraf sedemikian hingga tidak bisa ditiru / dibaca oleh orang lain.

9. Pernah nggak melihat cara orang Jepang menghitung “satu”, “dua”, “tiga”,…. dengan jari tangannya ? Kalau rekan-rekan perhatikan, ada perbedaan dengan kebiasaan orang Indonesia. Orang Indonesia umumnya mulai dari tangan dikepal dan saat menghitung “satu”, jari kelingking ditegakkan. Menghitung “dua”, jari manis ditegakkan, dst. Kalau orang Jepang, setahu saya, kebalikannya. Mereka selalu mulai dari telapak tangan terbuka, dan cara menghitungnya kebalikan orang Indonesia. Saat bilang “satu”, maka jarinya akan ditekuk/ditutupkan ke telapak tangan. Misalnya Nggak percaya ? Coba deh…jikken dengan teman Jepang anda. 



10. Jika naik taxi di Jepang, pintu dibuka dan ditutup oleh supir. Penumpang dilarang membuka dan menutupnya sendiri.

11. Naik sepeda tidak boleh boncengan (kecuali memboncengkan anak-anak). Sepeda tidak boleh dipakai boncengan, kecuali yang memboncengkannya berusia lebih dari 16 tahun dan anak yang diboncengkan berusia kurang dari satu tahun dan hanya seorang saja yang diboncengkan. Bila dilanggar, dendanya maksimal 20 ribu yen.


Sabtu, 15 Oktober 2011

Bunga Sakura

Sakura merupakan bunga yang sangat dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat Jepun. Ia menjadi simbol nasional bangsa ini. Para pejabat Pemerintah dan diplomat Jepun, misalnya, sering menggunakan lambang sakura sebagai "lapel pin" pada baju mereka. Bunga sakura juga menjadi moto yang muncul dalam berbagai kerajinan khas Jepun, misalnya pada kimono, yukata, kipas, cangkir, dan lain-lain.
Bunga sakura berwarna merah muda, sangat muda sehingga ia tampak agak putih dari kejauhan. Bunga ini mempunyai lima kelopak dan sangat kecil, sehingga susah untuk menikmati keindahannya secara individual. Keindahan sakura terletak pada jumlahnya bunga yang sangat banyak memenuhi batang pohon, dan mekar bersama 

Seperti bunga tulip, mekarnya sakura juga menandakan awal musim baru di Jepun. Di Tokyo terdapat beberapa tempat untuk melihat sakura pada awal musim baru. Antara yang paling popular adalah di sekeliling Istana Raja, Imperial Park, yang dikelilingi dengan danau buatan yang indah iaitu "Hanzo-bori".
Cabang-cabang pohon sakura yang sarat dengan bunga menjuntai dan menjulur ke atas air di tepi danau, menimbulkan bayang-bayang yang indah. Dari jendela kamar di Palace Hotel, pemandangan Imperial Park yang sangat indah pada musim sakura dapat dilihat. Di bawah-bawah pohon sakura biasanya muncul bunga-bunga kecil berwarna kuning yang menambah kecantikan suasana.
Tempat lain untuk melihat sakura adalah di "Taman Ueno", tidak jauh dari stadium kereta "Ueno". Di Imperial Park pengunjung tidak boleh  membentang tikar untuk berkelah dan makan, di "Ueno" hampir semua pengunjung datang untuk berkelah. Selain itu terdapat juga banyak kedai 7-Eleven atau kedai-kedai kecil di sekitar "Ueno" untuk membeli "o-bento" (makanan dalam kotak) untuk dibawa makan di "Ueno".
Hampir semua orang Jepun tidak melepaskan kesempatan setahun sekali berkelah di bawah naungan sakura. Orang Jepun menyebut kegiatan ini sebagai "hana-mi" (menonton bunga). Sekalipun bunga sakura sudah mulai mekar pada akhir Mei, biasanya pada minggu kedua April diadakan  festival sakura yang bererti tumpah-ruahnya masyarakat ke tempat-tempat bunga sakura.
Ada pula tradisi di kalangan para petani Jepun, iaitu melakukan upacara minum "sake" (arak nasi) di bawah naungan kanopi bunga sakura. Upacara ini diharap akan menghasilkan hasil tuaian yang baik pada tahun seterusnya. Orang Jepun juga percaya bahawa pohon sakura adalah pagar antara Tuhan dan manusia. Karana itu, melakukan "hana-mi" merupakan ritual keagamaan. Yang jelas, ketika menyaksikan keindahan sakura, orang tidak mungkin mengabaikan keagungan Tuhan.
 
Pada tahun 1912, kerajaan Tokyo menghadiahkan 3.000 pohon sakura kepada kerajaan Washington DC untuk ditanam di ibu kota Amerika Syarikat sebagai lambang persahabatan Amerika-Jepun. Orang Amerika menamakan sakura sebagai "cherry blossom". Pohon sakura ini kemudian ditanam di sepanjang sisi utara Sungai Potomac, khususnya di Taman Potomac, Barat.
Pada awal musim baru di Washington DC selalu diadakan perayaan Japanese Cherry Blossom. Tahun ini peringatan ke-40 (sejak diadakan perayaan yang pertama pada 1961) akan diadakan pada 31 Mei 2001. Selama sehari penuh diadakan "parade", "bazaar", dan berbagai acara kebudayaan lain. "Bazaar"  disebut 'Sakura Matsuri' diadakan di 12th Street, antara Constitution Avenue dan Pennsylvania Avenue.
Setelah menonton parade pada pagi hari, sekitar 50 ribu pengunjung akan membanjiri "bazaar"  yang kebiasaanya merupakan waktu membeli makanan dan di samping juga merupakan tempat diadakan berbagai atraksi seni-budaya. Selama musim bunga sakura, pengungjung yang datang di antara sekitar 700 ribu di Washington DC khusus untuk menikmati keindahan bunga-bunga sakura.